“Jaga Kehormatanmu, Raih kemuliaanmu..”
Cover buku
dominan warna pink dengan gambar hati di ‘sobek-sobek’, jelas buku ini
menjadi buku yang tak biasa. Melihat covernya saya pikir saya akan
diajak untuk beromantis ria atau bermerah jambu ala Islam sebagai lawan
dari model pacaran zaman sekarang yang sudah kelewat bebas tanpa batas.
Namun anggapan saya sudah salah sejak baca pengantarnya, yaitu isi email
salah seorang wanita yang mengaku telah disantap kehormatannya
gara-gara aktifitas pacaran. Wanita tersebut kini tobat dan menanyakan
jika ada pria mengajaknya menikah, apakah wanita tersebut harus bilang
kalau tidak perawan lagi?
Bagaimana
jika yang dialami wanita tersebut dialami oleh wanita yang anda kenal
atau malah saudari anda? Marah, geram, sedih, prihatin karena masa depan mereka hancur.
Buku “Udah
Putusin Aja!” ini mengupas tentang maksiat pacaran di dalam Islam dan
bagaimana menghindarinya. Pacaran memang tak selamanya berujung pada
zina, namun semua zina berawal dari pacaran!
Cinta
adalah pemberian Allah dan karunia-Nya. Allah menanamkan rasa cinta pada
jiwa kita sebagai bentuk dari rasa cinta-Nya kepada kita agar kita
berpikir tentang-Nya. Namun, bukan berarti ketika Allah mengaruniakan
rasa cinta sebagai fitrah kepada manusia, lantas kita bisa
mengekspresikan sesuai kehendak kita, seperti apa pun yang kita
inginkan. Ada masanya, ada caranya, dan ada aturannya. Karena itu, Islam
diturunkan oleh Allah. Supaya kita tetap menjadi manusia, bukan hewan
yang bebas berekspresi saat mereka jatuh cinta (hal. 29)
Bukan
pacaran namanya jika tidak berpegangan, berciuman, meraba-raba, atau
segala perbuatan lain yang meninggikan syahwat (hal. 33)
Pada
2010 di Jabotabek, remaja yang hilang keperawanannya mencapai 51%. Di
Surabaya mencapai 54%, Bandung 47% dan Jogja 37%. Sedangkan berdasar
Komisi Perlindungan Anak Indonesia mendapatkan hasil yang mencengangkan
setelah melakukan penelitian di 12 kota besar di Indonesia pada 2007
yaitu 62% pernah melakukan hubungan intim dan 22,7% siswi SMA pernah
melakukan aborsi (hal. 34)
Bila
melihat fakta ini saja, seharusnya wanita sadar bahwa pacaran bukanlah
aktivitas yang aman baginya dan bagi masa depannya. Wanita dengan masa
depan cerah itu penting bagi lelaki, tetapi wanita dengan masa lalu
tanpa noda itu jauh lebih penting. Dan pacaran tidak mengakomodasikan
masa depan, melainkan menghancurkan (hal. 35)
Beberapa alasan lelaki dan wanita yang menghalalkan pacaran, yaitu :
-
“Pacaran itu menambah semangat belajar.”
-
“Pacaran nggak ngapain-ngapain kok cuma pegangan tangan.”
-
“Pacaran nggak ngapa-ngapain kok cuma telepon doang.”
-
“Pacaran cuma katakan sayang? Katakan kangen?”
-
“Pacaran itu kan tanda cinta, Allah kan memerintahkan manusia untuk mencinta?”
-
“Pacaran itu kan penjajakan pranikah.”
Atau alasan
pacaran karena “Pacaran kan buat dia bahagia, bukankah menyenangkan
orang itu amal shaleh?”. Dusta. Bagaimana dengan orang tuamu, pernah
engkau bahagiakan? Atau, senangkah orangtuamu menyaksikan engkau
bermaksiat? Berhubungan tak tentu, dengan risiko yang begitu besar.
Sialnya
kita hidup di zaman kapitalisme yang mengajarkan lelaki dan wanita masa
kini untuk memperhatikan fisik bukan isi, perhatikan badan bukan iman.
Kapitalisme menjadikan kebahagiaan materialistis sebagai tujuan
tertinggi. Hingga membuat lelaki sejati dalam pandangan Islam menjadi
barang yang sulit. Hedonisme, anak kandung kapitalisme, sukses
menjadikan lelaki hanya peduli nikmat sampai pada kulit (hal. 56)
Berikut
kutipan favorit dalam buku ini (sebenarnya tiap paragraf tiap kalimat
dalam buku ini adalah favorit, bahasanya renyah, gokil, dan pilihan
katanya yang berkualitas ) :
-
Kehormatan diri adalah modal pernikahan, hendaknya dimuliakan sejak dini (hal. 59)
-
Pasangan yang baik datang dari awal yang baik. Tidak akan pernah bertemu lelaki yang baik agamanya dan saleh dalam ibadahnya dengan jalan maksiat bernama pacaran (hal. 59)
-
Lelaki sejati bukan yang banyak janji, tapi yang berani datangi wali, atau menahan diri dari perkataan yang tak pasti (hal. 69)
-
“..seorang gadis tidak boleh dinikahkan hingga diminta izinnya.’ Para sahabat bertanya, ‘wahai Rasulullah, bagaimana itu izinnya?’ Beliau menjawab, ‘diamnya’“(Bukhari Muslim, hal. 95)
-
Pernikahan yang diawali dengan pacaran ibarat orang berharap kebaikan, tapi sudah memulainya dengan keburukan (hal. 99)
-
Walaupun tidak selamanya orang tua yang benar, tapi sering kali mereka benar (hal. 122)
-
Jihad seorang bunda adalah melahirkan anaknya (hal. 146)
-
Bukan pernikahan yang hanya kita harapkan, namun apa yang terjadi setelah pernikahan (hal. 167)
-
Dibina lalu dibini, jadi tak perlu dibini barulah dibina (hal. 168)
-
Asyiknya, bagi aktivis-aktivis dakwah yang sudah tergabung dalam gerakan dakwah, keimanan dan agama dari calon pasangannya biasanya telah terbina dengan baik dan telah terbiasa dalam jalan dakwah sehingga visinya telah sama dan tak perlu ditata ulang. Karena itu, bergabunglah dalam gerakan-gerakan dakwah sedini mungkin. Giatkan Islam semuda mungkin. Bentuk diri kita menjadi Muslim dan Muslimah sejati, yang pahami hukum-hukum Allah, bersemangat menyebarkan, dan tentunya menyiapkan diri menjadi suami, istri, atau ibu yang baik kelak saat tiba waktunya (hal. 169)
Penulis : Felix Y. Siauw
Visual : Emeralda Noor Achni
Judul : Udah Putusin Aja!
Penerbit : Mizania
Tebal : 180 halaman
Review by peta.
Harga
Rp 60.000
Pemesanan sms
082186175022